Koreksi Semula Kehidupan

Selama ini, kita senantiasa dikurniakan natijah yang bagus setelah kita berusaha dgn gigih. Kita merasakan dengan usaha itulah kita peroleh segalanya. Sehingga pada satu tahap, kita bergantung sepenuhnya terhadap usaha kita. Semata-mata usaha. Tak ada yang lain. Saat itu kita dengan yakinnya berkata "dengan usaha ini, pasti aku mendapatkannya !". Namun, pada hari saat keputusan dibentangkan, kita jatuh terduduk. Lidah menjadi kelu. Ketika orang lain bahagia dengan natijah yang menyenangkan, kita pula sebaliknya. 

"Kenapa? Kenapa bukan aku yang bahagia hari ini?" 

"Bukan kah aku layak mendapatkannya?" 

"Usaha ku sudah semaksima mungkin, kenapa bukan aku..kenapa?" 

Persoalan "KENAPA" terus bermain di fikiran kita. Jauh termenung, meratapi kesedihan. Masa depan bagaikan kelam dan suram.

Kita lupa akan satu hal. 

Allah itu pemilik rezeki. Dan Dia berkuasa untuk memberi rezeki itu kepada sesiapa yang Dia kehendaki. 

Kepada sesiapa yang Dia kehendaki.

Juga,

Tali pergantungan seharusnya hanya kepada Allah. Bukan kepada usaha kita sendiri. Ya, memang kita sudah usaha semaksima mungkin. Tapi jangan lupa untuk tawakal sepenuhnya kepada Allah. Serahkan urusan kita kepada Allah. 

Sangat sedikit hamba Allah yang bersyukur. 

Biar lah kita menjadi golongan yang sedikit itu. Hidup dengan penuh rasa syukur. Tenang menerima takdir. .

**** .

Mungkin selama ini, kita jalani kehidupan dengan membelakangkan Tuhan. Di mata manusia kita kelihatan seperti muslim sejati, namun hakikatnya kita tak lebih dari seorang munafik yang mempergunakan agama untuk dilihat bagus dan hebat.

Ampuni dosa kami, Ya Allah.. Musibah yang Allah kirimkan adalah tanda cinta. Agar terbit bibit-bibit kesedaran dalam jiwa kita. Biar kita menyedari betapa banyak nya kebejatan yang kita lakukan tanpa kita sedar. Rasanya sakit, namun disitu terasa kemanisan ujian dari Allah. Melalui tetesan air mata, melalui jari-jari yang kita rafa'kan memohon keampunan, melalui lidah dan bibir yang terkumat kamit melafazkan istighfar saban waktu, kita merasai manisnya ujian.

Ada hikmah yang perlu kita cari dan gali.

Sabar di setiap jambatan ujian, tempuhi dengan cekal.



4 November 2016, Merbok

Ashiq A.Halim

Comments

Popular Posts